MENGUNGKIT FITNAH KEPADA GUS DUR:
AL QUR'AN ADALAH KITAB PORNO
Kejadian ini tidak akan pernah terhapus dari ingatan seumur hidup.. Waktu itu, ketika menanggapi penolakan draft RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi di pertengahan tahun 2006 Mbah Wali Gus Dur meminta agar beberapa isinya direvisi. Sebab, berpotensi mengganggu bhinneka tunggal ika di Indonesia.
Sontak caci maki dan hujatan langsung diberondongkan ke Mbah Wali Gus Dur tanpa ampun. Suasana memanas.
Lalu dicarilah celah untuk dijadikan pintu masuk. Dan ketemulah celah tersebut yang sesungguhnya jika akal sehat yang mencernanya bukanlah sebuah celah.
Dalam acara Kongkow Bareng Gus Dur di Radio 68H Utan Kayu Jakarta Timur, Mbah Wali menyampaikan yang intinya:
Porno itu tidak terletak pada objek, melainkan pada otak kita sendiri. Walau objeknya ayat suci, kalau otaknya ngeres ya jadinya gak bagus. Contohnya, di Al Quran saja ada ayat yang berbunyi tentang kewajiban ibu menyusui. Lha kalo ayat yang dibaca seperti itu tapi pikiran kita kotor, malah yang dibayangkan adalah anggota badan untuk menyusui ya masak Al Quran yang disalahkan.
Mbah Wali mengulangi kalimat tersebut beberapa kali di tempat yang berbeda dengan redaksi kalimat yang berbeda-beda tapi intinya demikian.
Dhuuuuuaaaarrrrr....
Entah muncul dari mana tiba-tiba booming pemberitaan bahwa Gus Dur mengatakan: Al Qur'an adalah kitab porno.
Bahkan ada yang menuliskan dengan super spektakuler bahwa Gus Dur mengatakan: Al Quran adalah KITAB PALING PORNO sedunia.
Kamipun terkejut. Berkali-kali bersaksi tapi tidak digubris. Padahal kami adalah saksi mata telinga yang siap bertanggungjawab dunia akhirat bahwa Guru Mulia Kami, KH Abdurrahman Wahid Ad Dakhil sama sekali TIDAK PERNAH DHAWUH kalimat tersebut.
Adapun Mbah Wali secara pribadi, tidak pernah mengklarifikasi berita tersebut hingga di akhir hayatnya. Bahkan ketika kami desak, beliau hanya menjawab, " Biarin aja".
Fitnah terus bergulir. Secara pribadi beliau sudah selesai dengan diri beliau. Tugas kitalah hari ini untuk menjaga marwah Mbah Wali sebagai Ulama dan Punggawa NU, dan juga Guru Bangsa.
Beliau sudah berpulang. Sudah saatnya fitnah ini dihentikan. Tidak cukup dengan minta maaf atau hapus posting, atau tandatangan materai 6000.
Ternyata terbukti tidak ada manfaatnya sama sekali karena tidak menjadikan efek jera dan ibroh bagi pencacimaki lainnya.
Jika Mbah Wali yang pernah menjadi Ketua PBNU, juga Presiden Republik Indonesia saja dengan enaknya dijadikan sasaran ujaran fitnah dan cacimaki, jangan heran jika muncul yang berikutnya dengan pelaku yang terus berganti.
Ada juga yang sama dan tidak kapok. Teranyar kasus Mas Ndan Alfa Isnaeni alm , Komandan Banser. Sudah ditempuh jalur hukum. Sangat berharap menjadi pioner kasus serupa selanjutnya termasuk fitnah kepada Mbah Wali.
Kalau yang dihina adalah Ulama dan Punggawa NU masih hidup, silakan bertimbang kepada beliau bagaimana sikap sebaiknya.
Namun, langkah menempuh jalur hukum untuk para pencacimaki Ulama dan Punggawa NU sebaiknya ditempuh terutama bagi beliau yang telah wafat. Langkah ini sebaiknya dilakukan oleh NU dan atau Banomnya supaya lebih diperhatikan dan mendapat respons lebih luas. Supaya menimbulkan efek jera dan menjadi ibroh bagi lainnya.
Minta maaf itu tidak ada manfaatnya bagi kita, karena yang bersangkutan tidak bersalah kepada kita. Tugas kita adalah menjaga marwah para pendahulu kita yang telah wafat dan mengabdikan segenap hidupnya untuk NU dan NKRI..
Oleh Shuniyya Ruhama